Apakah hanya karena kami homo, pelacur, dan tidak percaya pada Tuhan, lantas kami tidak berhak bahagia dalam kehidupan? Aturan siapa yang memutuskan kami adalah manusia rendahan dan tidak normal? Sebenarnya apakah normal yang dimaksudkan oleh mereka? Bukankah kami ini seratus persen normal? Kami terlahir seperti ini, menjalani hidup sesuai tuntutan jiwa kami. Jika normal yang mereka maksudkan di atas bumi hanya ada laki-laki dan perempuan, jika di atas bumi pelacur harus direndahkan karena hidup tanpa moral, lantas kami semua harus melakukan apa? Mampukah mereka menyembuhkan jiwa kami yang dianggap sakit ini? Mampukah mereka mengentaskan pelacur kemudian menciptakan sistem kehidupan yang masuk nalar agar tidak ada manusia yang menjadi pelacur? Buku ini lahir dari pergulatan hidup si penulis selama puluhan tahun di jalanan. Inilah kisah yang mempertanyakan kenapa manusia dilahirkan dengan naluri seksual yang dalam pandangan masyarakat umum dianggap menyimpang, kenapa kehidupan memilihnya menjadi orang yang menjalani nasib sebagai bahan cemoohan, dijadikan sapi perah oleh penguasa dan aparat keamanan, serta dijadikan kambing hitam oleh kaum agamawan. Mengikuti kehidupan tokoh-tokoh dalam novel ini, kita kemudian tahu bahwa orang-orang tak beruntung itu harus mengalami kekerasan struktural, kultural, dan fisik – sebuah tindakan kekerasan yang secara luar biasa dilakukan oleh mereka yang mendaku diri beradab dan waras selama berabadabad. Novel ini bisa memberikan haluan atau inspirasi bagi pembaca dalam membangun kesadaran atau bahkan melawan operasi peminggiran dan penindasan yang berlangung lewat berbagai instrumen ilmu pengetahuan, kebijakan, agama, dan lain-lain
Reviews
There are no reviews yet.