“Terbaca bagai kisah legal-prosedural whodunnit yang mencekam, seraya bukti perlahan-lahan terkuak dari rekaman-rekaman telepon, dokumen-dokumen hilang yang dipulihkan dari berkas-berkas komputer yang sudah dihapus, dan saksi-saksi baru yang membuat penasaran bermunculan…” —The Economist “Sangat penting bagi kita untuk mengenal naratif seperti ini: bagaimana riwayat seseorang bersilangan dengan sejarah bangsa. Idealisme yang dibayar Munir dengan hidupnya, bermakna sebagai pelajaran, dari seorang besar yang sederhana, tentang perjuangan kemanusiaan.” —Seno Gumira Ajidarma Pada suatu malam bulan September 2004, aktivis hak asasi manusia Munir bertolak ke Belanda dengan pesawat Garuda untuk memulai studi pascasarjananya, namun dia tak pernah tiba di Amsterdam dengan selamat. Munir t(e)was dir(a)cun dalam perjalanan. Ditulis berdasarkan wawancara, pengamatan di ruang sidang, bocoran dokumen-dokumen, dan berkas-berkas kepolisian, karya Matt Easton ini menelusuri salah satu k(o)nspirasi p(e)mbunuhan paling dramatis di Indonesia. Dengan menarik kronologi dari masa muda Munir dan Suciwati, kasus Marsinah, 27 Juli, p(e)nculikan aktivis, p(e)nembakan Semanggi, lahirnya aksi Kamisan, hingga hasil akhir pengadilan kasus Munir dan kesudahannya, kita akan membaca sejarah upaya penegakan HAM yang tak henti- hentinya diperjuangkan di Indonesia.
Reviews
There are no reviews yet.