Suatu malam gelap pada musim gugur. Bankir tua itu mondar-mandir dari sudut ke sudut kamar belajarnya sambil mengenang-ngenangkan pesta yang telah dia selenggarakan dalam musim gugur 15 tahun yang lewat. Dalam pesta itu banyak datang orang-orang pandai mengobrol tentang berbagai hal menarik. Di antaranya mereka bicara tentang hukuman berat. Para tamu, di antara para sarjana dan jurnalis yang tidak sedikit jumlahnya, sebagian besar tidak menyetujui hukuman berat. Mereka bilang hukuman berat itu sudah kuno, tidak cocok untuk suatu negara Kristen, dan lagi tidak berperikemanusiaan. Beberapa di antaranya bilang, bahwa hukuman itu akan diubah sama sekali dengan hukuman kurungan. “Saya tidak setuju dengan engkau,” kata tuan rumah. “Saya belum lama lagi mengalami hukuman berat maupun hukuman kurung, tapi kalau seseorang hendak mengadili, apriori, menurut pendapatku hukuman berat lebih bermoral dan berperikemanusiaan daripada hukuman kurung. Hukuman mati cuma sesaat, hukuman kurung membunuh manusia sedikit demi sedikit. Siapa yang lebih berperikemanusiaan, seorang yang menjalankan hukuman mati dalam beberapa detik, atau yang mencabut nyawa orang sedikit demi dikit dalam waktu bertahun-tahun?” “Keduanya tidak bermoral,” kata seorang tamu, “karena tujuannya sama saja, yaitu mencabut nyawa orang. Negara bukan Tuhan. Negara tidak berhak mencabut nyawa manusia, yang tidak bisa dia kembalikan bila hal itu diperlukan.
Reviews
There are no reviews yet.